Apalah kita Pada Rencana Tuhan

Juwita Alfi Sahra
2 min readMar 12, 2023

Minggu, 12 Maret 2023

Aku menulis tulisan ini setelah aku sholat maghrib,
setelah aku menjalani hari pada minggu-minggu biasanya: bertemu keluarga, pergi ke restoran keluarga dan kegiatan Minggu normal biasanya.

Hari yang seharusnya menjadi hari lamaranku dengan pasangan, ternyata harus ditunda dulu oleh semesta.
Pada hari Kamis sebelumnya, tepat 4 hari sebelum rencana lamaranku, Tuhan baru saja menambah pasukan surga-nya.
Ayah dari pasanganku dipanggil oleh sang Pencipta karena Ia sudah tidak sabar bertemu dengan umatnya yang Saleh dan dermawan luar biasa.

Ayah yang pergi ke surga tapi tak kuasa kami yang ditinggalkannya penuh dengan sedih dan tangisan.
Bukan hanya sekedar kehilangan calon Ayah yang baik hatinya, tapi kami kehilangan sosok pemimpin dan juga pengingat untuk berbuat kebajikan.
Bagiku, Ayah adalah media Tuhan yang kerap mengingatkan sesama untuk beribadah pada sang pencipta.

Tapi sayang, umurnya harus berhenti sampai tanggal 9 Maret 2023, tepat jam 2 pagi dalam tidurnya yang lelap.

Dari situ, bukan hanya acara pertemuan keluarga yang tertunda, tapi akan banyak perubahan yang mungkin secara tidak langsung akan aku rasakan di hari-hariku kedepannya.

Pasanganku, yang Insha Allah sabar ini akan menjadi Ayah untuk adik-adiknya, suami untuk aku, pimpinan untuk perusahannya dan juga masih menjadi anak lelaki untuk Ibunya.

Dari sini, aku belajar,
Bahwa manusia hanya dapat berencana, tapi keputusan tertinggi ada di Tuhan.

Secanggih dan se-mantap apapun rencana manusia, masih ada Tuhan sebagai penentu terbaik untuk kehidupan manusia.
Mulai saat ini, aku ingin selalu mengingat hal ini:
Bahwasanya manusia harus menjalani hidup dengan baik setiap harinya,
karena kita tidak pernah tahu momen apa yang akan diberikan Semesta kepada kita keesokan harinya.

Semoga,
Hariku dan Harimu dipenuhi kejutan manis oleh semesta.

--

--